TUGAS
AGROKLIMATOLOGI
“AWAN DAN
CURAH HUJAN”
DI SUSUN
OLEH :
MIDUK
ERIANTO
NIM.
1206136718
JURUSAN
AGROTEKNOLOGI-B
FAKULTAS
PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2013
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan dan
keselamatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah dengan judul “AWAN DAN CURAH HUJAN”.
Penulis mengucapkan
terima kasih kepada Bapak Ir. Ardian,MSi.Sebagai dosen pembimbing mata kuliah Agroklimatologi yang telah banyak
memberikan bimbingan, petunjuk, dan motifasi sampai selesainya makalah ini.
Tidak lupa pula untuk rekan-rekan yang telah banyak membantu penulis di
dalam penyelesaian makalah ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. Tidak ada yang pantas diberikan, selain
balasan dari Tuhan Yang Maha Kuasa untuk kemajuan kita semua dalam menghadapi
masa depan nanti.
Akhirnya penulis sangat mengharapkan agar makalah ini bermanfaat bagi
kita semua baik untuk masa kini maupun untuk masa yang akan datang.
Pekanbaru, Oktober 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................ 2
1.3. Tujuan .............................................................................................................. 2
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian
Awan dan Curah Hujan ................................................................. 3
III. PEMBAHASAN
3.1. Pengertian Awan ............................................................................................. 4
3.2. Pembentukan Awan ......................................................................................... 5
3.3. Klasifikasi Awan.............................................................................................. 6
3.4. Faktor – Faktor
yang mempengaruhi Awan .......................................... ....... 11
3.5. Awan yang
berpotensi Curah Hujan .............................................................. 10
3.6. Pengertian Hujan ........................................................................................... 10
3.7. Siklus Terjadinya
Hujan ................................................................................. 11
3.8. Metode Perhitungan
Curah Hujan ................................................................. 12
IV. PENUTUP
4.1. Kesimpulan .................................................................................................... 14
4.2. Saran............................................................................................................... 14
V. DAFTAR PUSTAKA
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Awan ialah
gumpalan uap air yang terapung di atmosfer.Ia kelihatan seperti asap berwarna
putih atau kelabu di langit. Awan berwarna disebabkan Sinar matahari adalah
kombinasi dari berbagai sinar dengan panjang gelombang (warna) yang
berbeda-beda.
Butiran
air dan es dalam awan membaur secara merata ke berbagai arah seluruh komponen
sinar matahari.Pembauran sinar dengan panjang gelombang yang berbeda secara
merata itu menghasilkan warna putih.Efek yang diberikan awan terhadap radiasi
matahari yang diterima permukaan Bumi sebenarnya kompleks. Tidak sesederhana
bahwa ada awan maka suhu udara akan turun.
Hujan
merupakan salah satu bentuk presipitasi uap air yang berasal dari awan yang
terdapat di atmosfer.Bentuk presipitasi lainnya adalah salju dan es.Curah hujan
ialah jumlah air yang jatuh pada permukaan tanah selama periode tertentu bila
tidak terjadi penghilangan oleh proses evaporasi, pengaliran dan peresapan,
yang diukur dalam satuan tinggi. Tinggi air hujan 1mm berarti air hujan pada
bidang seluas 1mm2 berisi 1 liter.
1.2. Rumusan
Masalah
Dalam makalah ini masalah yang akan dibahas adalah :
1.
Pengertian awan dan peranannya?
2.
Klasifikasi awan dan awan
apa yang berpotensi menjadi curah hujan ?
3.
Bagaimanakah proses terbentuknya
awan dan terjadinya curah hujan ?
4.
Teori untuk terjadinya hujan ?
5.
Klasifikasi curah hujan
berdasarkan intensitasnya ?
6.
Metode Aritmatika
1.3. Tujuan Penulisan
Makalah
Tujuan penulisan makalah ini agar dapat :
1. Mengetahui Awan dan Curah Hujan
2. Mengetahui proses awan dan potensi yang dimiliki oleh awan.
3. Mengetahui terjadinya curah hujan dan
mengklasifikasi berdasarkan intensitas cahayanya.
4. Mengetahui teori
terjadinya hujan dan metode aritmatika.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Awan merupakan sekumpulan titik air atau es yang
melayang-layang di udara, yang terbentuk dari hasil proses kondensasi. Udara
selalu mengandung uap air.Apabila uap air ini meluap menjadi titik-titik air,
maka terbentuklah awan (Anonim, 2013). Hujan merupakan unsur fisik lingkungan
yang paling beragam baik menurut waktu maupun tempat dan hujan juga merupakan
faktor penentu serta faktor pembatas bagi kegiatan pertanian secara umum, oleh
karena itu klasifikasi iklim untuk wilayah Indonesia (Asia Tenggara umumnya)
seluruhnya dikembangkan dengan menggunakan curah hujan sebagai kriteria utama
(Lakitan, 2002).
Tjasyono (2004) mengungkapkan bahwa dengan adanya hubungan
sistematik antara unsur iklim dengan pola tanam dunia telah melahirkan
pemahaman baru tentang klasifikasi iklim, dimana dengan adanya korelasi antara
tanaman dan unsur suhu atau presipitasi menyebabkan indeks suhu atau
presipitasi dipakai sebagai kriteria dalam pengklasifikasian iklim. Tjasyono (1999) menyatakan Indonesia secara umum dapat
dibagi menjadi 3 pola iklim utama dengan melihat pola curah hujan selama
setahun. Hal ini didukung oleh Aldrian dan Susanto (2003) yang telah
mengklasifikasi Iklim Indonesia sebagai berikut: Pola curah hujan di wilayah
Indonesia dapat dibagi menjadi tiga, yaitu pola Monsoon, pola ekuatorial dan
pola lokal.
III. PEMBAHASAN
3.1. Pengertian Awan
Awan ialah
gumpalan uap air yang terapung di atmosfer. Ia kelihatan seperti asap
berwarna putih atau kelabu di langit. Awan berwarna putih disebabkan karena
Sinar matahari adalah kombinasi dari berbagai sinar dengan panjang gelombang
(warna) yang berbeda-beda. Butiran air dan es dalam awan
membaur secara merata ke berbagai arah seluruh komponen sinar matahari. Pembauran sinar dengan panjang
gelombang yang berbeda secara merata itu menghasilkan warna putih. Secara
global, sistem perawanan memang berperan untuk menyaring, mengurangi, bahkan
mengeliminasi radiasi matahari sama sekali. Tapi, jika matahari tampak
mengintip dari awan, misalnya, pendaran radiasi matahari dari awan itu justru
akan membuat radiasi matahari meningkat dibanding tidak ada awan sama sekali.
Radiasi
sinar matahari yang terbaur memang bisa menambah besar atau kecilnya radiasi
matahari yang datang.Tergantung tipe awannya. Lapisan awan yang tipis dan awan
yang tersebar akan memantulkan sinar matahari yang datang serta meningkatkan
pembauran radiasi. Sebaliknya, awan yang tebal akan mengurangi bauran itu.
Miliaran butiran air atau kristal es yang melayang-layang di udara menyusun
awan-awan itu.
3.2. Pembentukan awan
Udara selalu mengandung uap
air.Apabila uap air ini meluap menjadi titik-titik air, maka terbentuklah awan.
Peluapan ini bisa terjadi dengan dua cara:
1. Udara panas
Apabila
udara panas lebih banyak uap terkandung di dalam udara karena air lebih cepat
menyejat. Udara panas yang sarat dengan air ini akan naik tinggi, hingga tiba
di satu lapisan dengan suhu yang lebih rendah, uap itu akan mencair dan
terbentuklah awan.
2. Suhu udara tidak berubah
Suhu udara tidak
berubah tetapi keadaan atmosfir lembap. Udara makin lama akan menjadi semakin
tepu dengan uap air.
3. Awan telah terbentuk
Apabila
awan telah terbentuk titik-titik air dalam awan akan menjadi semakin besar dan
awan itu akan menjadi semakin berat, dan perlahan-lahan daya tarik bumi
menariknya ke bawah. Hingga sampai satu titik dimana titik-titik air itu akan
terus jatuh ke bawah dan turunlah hujan
Jika titik-titik air tersebut
bertemu udara panas, titik-titik itu akan menguap dan awan menghilang. Inilah
yang menyebabkan awan itu selalu berubah-ubah bentuknya.Air yang terkandung di
dalam awan silih berganti menguap dan mencair. Inilah juga yang menyebabkan
kadang-kadang ada awan yang tidak membawa hujan
3.3. Klasifikasi Awan
Awan tidak
sama jenisnya dan selalu berubah bentuk. Awan bergantung pada ketinggian dan
suhunya.Awan dibedakan menurut bentuk dan tingginya.Ada 4 kumpulan yang utama,
yaitu awan rendah, awan sederhana tinggi, awan tinggi dan awan yang tinggi
keatas.
3.3.1.Awan Rendah
Ini
ditemukan dari dekat permukaan hingga 6.500 kaki (2.000 m) dan termasuk Stratus genus. Ketika awan Stratus kontak dengan tanah, mereka disebut
kabut , meskipun tidak semua bentuk kabut dari Stratus.
Dalam pembentukan awan dari
kategori awan rendah dengan ketinggian sekitar kurang lebih 3000 M di atas
permukaan bumi di bagi menjadi beberapa bagian adalah sebagian berikut:
·
terdiri
dari awan Stratokumulus, awan Nimbostratus dan awan Stratus.
·
terletak
kurang daripada 3000 meter dari muka bumi.
a. Stratokumulus
Stratokumulus (Sc) ialah awan berwarna kelabu/putih yang terjadi apabila
bagian puncak awan kumulus yang terbentuk pada waktu petang menghampar dibawah
songsangan suhu.Awan-awan ini terjadi pada petang dan senja apabila atmosfer
mulai menjadi stabil.
Awan stratocumulus berupa lapisan awan yang terdiri dari unsur
bulatan pipih/memanjang berwarna kelabu. Masing-masing unsur dapat saling
menyambung
b.
Nimbostratus
Awan
Nimbostratus gelap dan mempunyai lapisan-lapisan jelas dan dikenali sebagai
awan hujan, lapisan awan yg keabu-abuan, sering gelap diiringi
hujan air atau salju yg terus-menerus dan umumnya sampai ke permukaan tanah,
lapisan ini cukup tebal sehingga menutupi matahari.
c. Stratus
Stratus
ialah awan berupa cebisan kain koyak terbentuk dalam udara lembab bergelora pada
paras rendah atmosfer selepas hujan. Warna kekuningan muda, latar belakang
adalah disebabkan oleh pantulan sinaran suria waktu senja oleh sirrostratus
yang terjadi selepas aktifitas ribut petir pada waktu petang.Awan Stratus
sangat rendah, tebal dan berwarna kelabu, dan dapat
menimbulkan hujan es.
3.3.2.
Awan Rendah Tengah
Berdasarakan jarak awan
sederhana tinggi Berada di ketinggian diantara 3000m sampai dengan 6000m,
makanya di sebut awan mid high, karena disebut tinggi dan dapat di sebut juga
awan rendah.
Awan altocumulus
berupa lapisan berwarna putih atau kelabu yang terdiri dari
unsur-unsur berbentuk bulatan pipih. Dan macam bentuk Awan Alto Cumulus adalah
awan yang seperti bulu dombaatau sisik ikan tetapi agak melebar 10 s/d 50
dengan warnaputih bersi, atau abu-abu atau campuran dari dua-duanya.
Awan altostratus
berupa awan yang nampak berserat/seragam tapi berwarna kelabu/kebiruan
menutupi sebagian/seluruh langit.Dan macam bentuk Awan AltoStratus adalah awan
yang seperti lembaran-lembaranatau lapisan-lapisan jalur yang berwarna
abu-abuatau kebiru-biruan.Jenis awan ini sering menimbulkan hujan merata.
3.3.3. Awan Tinggi
Bentuk awan tinggi antara
10.000 dan 25.000 kaki (3.000 dan 8.000 m) di daerah kutub , 16.500 dan 40.000
kaki (5.000 dan 12.000 m) di daerah beriklim sedang dan 20.000 dan 60.000 kaki
(6.000 dan 18.000 m) di daerah tropis
a. Awan Cirrus
Awan cirrus (Ci) tampak
tersusun dari serat lembut dan halus berwarna putih mengkilap bagaikan
sutera.dan bentuk Awan Cirrue adalah awan putih terpisah-pisah seperti
benanghalus atau pecah-pecah atau jalur-jalur sempit atau matapancing atau bulu
ayam atau serabut yang berwarna putihkeperak-perakan.
b. Awan cirrocumulus
Awan cirrocumulus adalah
lapisan awan yang terdiri dari unsur kecil menyerupai butir atau biji
padi-padian tanpa bayangan seperti sirrus.dan bentuk.
Awan cirrostratus tampak
seperti tirai kelambu halus keputih-putihan. dan bentuk Awan Cirrostratus adalah awan yang transparan dengan
puncak seperti serabut halus menutupi sebagian atau seluruhnya dari langit
dengan warna keputih-putihan. Awan ini umumnya menimbulkan phenomena lingkaran
putih disekeliling bulan atau matahari.
3.3.4.Awan Yang Tinggi Ke Atas
awan yang tinggi ke atas dapat di
kelompokkan sebagai awan yang menjulang tinggi ke atas seperti awan cumulus dan
awan cumulonibus yang kira-kira tingginya kurang lebih sekitar 6 Km sampai
dengan 9 Km dari permukaan bumi yang saat ini dapat di gambarkan awan sebagai
berikut :
a. Awan
Cumulus
Pandangan jarak dekat awan cumulus
yang sedang berkembang aktif pada pagi dan awal petang disebabkan pemanasan
permukaan tanah dan perolakan.Awan-awan itu kelihatan seperti ‘popcorns’ dengan
tepian nyata (clear outline). Warnanya putih pada puncak karana semua gelombang
sinar surya dipantulkan pada kadar yang sama. Warna gelap itu disebabkan oleh
penembusan terhadap sinar surya dan juga kadar serapan yang bertambah terhadap
gelombang, selebihnya kerana titisan air besar. Dengan kandungan kelembapan dan
penaikan udara mencukupi, awan-awan ini tumbuh tinggi dan menghasilkan hujan
panas.
Awan cumulonimbus merupakan
awan yang sangat mampat dan padat menjulang tinggi menjadi gumpalan yang besar,
pada awan ini dapat mengangkut 300.000 ton air biasa disebut juga awan
badai.Awan cumulonimbus berbentuk kelompok-kelompok besar.Kelompok-kelompok
yang berwarna putih dan hitam ini mempunyai bentuk dan rupa yang
beranekaragam.Awan membawa hujan yang disertai dengan kilat dan petir.
3.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Awan
3.4.1.Angin
angin yang tinggi, terjadi evaporasi yang besar sehingga
mempercepat terbentuknya awan.
3.4.2.Tekanan
udara
Dengan adanya pergerakan tekanan udara yang ditimbulkan maka
akan mempengaruhi pergerakan awan
3.4.3.Kelembaban
udara
Semakin tinggi kelembaban udara, awan akan terlihat semakin
mendung.
3.5. Awan yang
berpotensi curah hujan
Salah satu awan pembawa hujan adalah
awam CUMULONIMBUS. Ahli cuaca telah mempelajari pembentukan jenis awan ini dan
bagaimana ia menghasilkan hujan, es, serta petir.
3.6. Pengertian Hujan
Hujan merupakan salah satu bentuk
presipitasi uap air yang berasal dari awan yang terdapat di atmosfer.Bentuk
presipitasi lainnya adalah salju dan es.Curah hujan ialah jumlah air yang jatuh
pada permukaan tanah selama periode tertentu bila tidak terjadi penghilangan
oleh proses evaporasi, pengaliran dan peresapan, yang diukur dalam satuan
tinggi.
3.7. Siklus Terjadinya Hujan
Hujan adalah peristiwa turunnya air dari langit ke bumi.
Awalnya air hujan berasal dari air bumi seperti air laut, air sungai, air
danau, air waduk, air rumpon, air sawah, air comberan, air susu, air jamban,
air kolam, air ludah, dan lain sebagainya. Selain air yang berbentuk fisik, air
yang menguap ke udara juga bisa berasal daritubuh manusia, binatang,
tumbuh-tumbuhan, serta benda-benda lain yang mengandung air.
Air-air tersebut umumnya mengalami proses penguapan atau
evaporasi akibat adanya bantuan panas matahari. Air yang menguap / menjadi uap
melayang ke udara dan akhirnya terus bergerak menuju langit yang tinggi bersama
uap-uap air yang lain. Di langit yang tinggi uap tersebut mengalami proses
pemadatan atau kondensasi sehingga membentuk awan. Dengan bantuan angin
awan-awan tersebut dapat bergerak kesana-kemari baik vertikal, horizontal dan
diagonal.
Akibat angin atau udara yang bergerak pula awan-awan
saling bertemu dan membesar menuju langit / atmosfir bumi yang suhunya rendah
atau dingin dan akhirnya membentuk butiran es dan air. Karena berat dan tidak
mampu ditopang angin akhirnya butiran-butiran air atau es tersebut jatuh ke
permukaan bumi (proses presipitasi). Karena semakin rendah suhu udara semakin
tinggi maka es atau salju yang terbentuk mencair menjadi air, namun jika
suhunya sangat rendah maka akan turun tetap sebagai salju.
Hujan tidak hanya turun berbentuk air dan es saja, namun
juga bisa berbentuk embun dan kabut. Hujan yang jatuh ke permukaan bumi jika
bertemu dengan udara yang kering, sebagian hujan dapat menguap kembali ke
udara. Bentuk air hujan kecil adalah hampir bulat, sedangkan yang besar lebih
ceper seperti burger, dan yang lebih besar lagi berbentuk payung terjun. Hujan
besar memiliki kecepatan jatuhnya air yang tinggi sehingga terkadang terasa
sakit jika mengenai anggota badan kita
3.8. Metode
Perhitungan Curah Hujan
1. Metode Aritmatik
Cara ini merupakan cara yang sederhana, yaitu dengan membagi
rata curah hujan yang ada terhadap jumlah titik pengamatan. Biasanya digunakan
untuk wilayah yang mempunyai titik pengamatan yang tersebar merata dan kondisi
daerahnya relatif homogen (datar).
1
P = --- ( P1 + P2
+P3 + ………+ Pn)
n
dalam
hal ini :
P = curah hujan
wilayah (mm)
n = jumlah titik (pos) pengamatan
P1, P2,
P3, …, Pn = curah hujan pada
masing-masing titik pengamatan
(mm)
2. Metode Poligon
Thiessen
Metoda ini digunakan untuk wilayah yang mempunyai stasiun
pengamat hujan yang tidak tersebar secara merata dan daerahnya tidak homogen.
Cara perhitungannya yaitu dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a.
Lokasi
stasiun pengamat hujan diplot pada peta dan masing-masingdihubungkan membentuk
segitiga.
b.
Garis
bagi tegak lurus dari garis hubung akan membentuk poligon-poligon yang
mengelilingi masing-masing stasiun.
c.
Sisi
tiap poligon merupakan batas daerah pengamat hujan yang bersangkutan.
d.
Menghitung
luasan masing-masing poligon.
e.
Faktor
bobot dalam menghitung hujan rata-rata wilayah diperoleh dengan mengalikan
presipitasi setiap stasiun pengamat dengan luas poligon yang bersangkutan
dibagi dengan luasan seluruh wilayah.
Hujan
rata-rata wilayah dirumuskan sebagai berikut :
P1A1
+ P2A2 +P3A3 + ………+ PnAn
P = A1 + A2 +A3
+ ………+ An
dalam
hal ini :
P = curah hujan wilayah (mm)
P1,P2,P3,.,Pn
= curah hujan masing-masing stasiun pengamatan
(mm)
A1,A2,A3,.,An =
luas masing-masing polygon
3.
Metode
Isohiet
Metoda ini digunakan untuk wilayah yang mempunyai variasi
curah hujan yang besar. Cara pembuatan isohiet dapat dijelaskan sebagai berikut
:
a.
Lokasi
masing-masing stasiun pengamat hujan di plot berikut nilai curah hujannya.
b.
Dibuat
garis kontur untuk curah hujan yang sama dengan interval tertentu.
c.
Mencari harga rata-rata curah hujan diantara 2
garis isohyet berikut luasnya.
d.
Hujan rata-rata (wilayah) dapat dirumuskan sebagai berikut :
{(P1+P2)/2
(A1)}+{(P2+P3)/2 (A2)}+{(P3+P4)/2
(A3)}+…+ {(Pn+Pn+1)/2 (An)}
P =A1
+ A2 +A3 + ………+ An
dalam
hal ini :
P = curah hujan wilayah (mm)
P1,P2,P3,.,Pn
= curah hujan rata-rata pada bagian-bagian A1,A2,A3,.,An
A1,A2,A3,.,An
= luas masing-masing antara garis-garis isohyet.
IV. PENUTUP
4.1.Kesimpulan
Dari pembahasan tentang awan dan hujan Awan adalah gumpalan uap air yang
terapung di atmosfer. Ia kelihatan seperti asap berwarna putih atau kelabu di
langit. Awan berwarna putih disebabkan karena Sinar matahari adalah kombinasi
dari berbagai sinar dengan panjang gelombang (warna) yang berbeda-beda. Dan
juga proses pembentukan awan akan berakhir pada hujan. Sewaktu naik ke atmosfer atas, udara
hangat menyebar dan menjadi dingin. Karena sekarang lebih dingin, udara
itu tak dapat lagi menahan uap airnya. Sebagian uap air itu mengembun pada
butir-butir debu dalam atmosfer dan membentuk titk-titik air. Titik air kelewat kecil ini melayang
di udara. Gerakan udara naik atau arus udara juga menahannya hingga
tidak jatuh. Jutaan titik air semacam itu melayang bersama dan membentuk awan. Sewaktu naik ke atmosfer atas, udara
pun menjadi dingin dan terbentuklah awan.
Hujan adalah salah satu bentuk presipitasi uap air yang berasal dari
awan yang terdapat di atmosfer. Bentuk presipitasi lainnya adalah
salju dan es. Curah hujan ialah jumlah air yang jatuh pada permukaan
tanah selama periode tertentu bila tidak terjadi penghilangan oleh proses
evaporasi, pengaliran dan peresapan, yang diukur dalam satuan tinggi.
4.2. Saran
Curah Hujan adalah cara yang tepat
dalam menentukan pertumbuhan tanaman saat melakukan kegiatan pertanian. Curah
hujan adalah alat yang selalu digunakan petani dalam menyelesaikan masalah,
misalnya terjadi kebakaran. Dengan adanya curah hujan dapat memadamkan api
dalam hitungan menit. Sedangkan awan juga merupakan alat alternatif yang
digunakan petani. Sekarang manusia dapat menurunkan hujan sesuai dengan
kemauannya, karena manusi menggunakan bahan kimia pada awan, agar awan
menurunkan hujan. Hujan ini disebut dengan Hujan Buatan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2007.Proses–Terbentuknya-Terjadinya-Hujan-Alami-Dan-Buatan.Ilmu-Pengetahuan-Fisika.http://organisasi.com. Diakses 07
oktober 2013. Pukul 20.00 WIB
Tjasyono, Bayong. 2004.Klimatologi. Cetakan Ke-2.IPB Press. Bandung.
Syukron, alhamdulillah bermanfaat izin copy
BalasHapusSyukron, alhamdulillah bermanfaat izin copy
BalasHapus